cerita liburan ke gunung bromo
DukunCabul Cerita Sex, Cerita Dewasa, cerita Hot - Mbah Jomblo adalah dukun sakti yang tinggal di desa pedalaman di lereng gunung di pula Foto Nikita Willy Telanjang Ngentot Istri Teman Karena merasa tidak begitu percaya diri, maka dirinya pergi ke dukun yang terkenal untuk mendapatkan 'pegangan' agar dirinya bisa lolos pemilu tersebut
Halitu seketika mengingatkan saya akan manisnya memori liburan di bromo kala itu. Ah, rasanya sudah lama sekali. Januari 2015, berarti sudah hampir 4 tahun sejak liburan saya ke wisata gunung Bromo bareng Ayu, Andri, dan Evelyn. Tapi, masih terbayang jelas setiap sudut keindahannya. Cerita detil perjalanan wisata gunung bromo klik di sini
Meilleur Site De Rencontre Gratuit Pour Homme. Cerita pengalaman pribadi liburan ke gunung bromo bahasa jawa ini merupakan kisah Tuti yang sengaja dituliskan dalam buku diari. Cerita cekak ini dituliskan menggunakan bahasa jawa ngoko sebagai salah satu usaha untuk mencatat peristiwa di dalam kehidupannya. Monggo sami kita simak critanipun ing ngandap menika. “Kenalake jenengku Tuti, aku nduweni kanca sing paling tak banggakan sing nduwe jeneng Dian” Liburan sekolah wis teka nanging aku lan kancaku isih bingung arep liburan neng ngendi, “libur sekolah enake neng ngendi ya?” Takon aku marang kancaku. Dheweke njawab “enake mlaku-mlaku lan nggoleki kahanan anyar”. “Iya aku ngerti, nanging neng ngendi?” Takonku meneh marang dheweke, banjur dheweke njawabe “Ya kaya ta menyang gunung utawa menyang kebon/alas ngunu” Kanthi rai serius lan akhire aku oleh ide kanggo liburan menyang panggon sing becik lan kahanane kawah sing linuwih. Mesti pamasaran ta aku arep neng ngendi? Waos Ugo Kumpulan Pawarta Ndinan Terbaru Esuke aku lan kancaku sing nduwe jeneng Dian kuwi nuju menyang panggon kuwi, nanging kancaku kuwi isih durung reti panggon tujuan sing arep dituju, kepeksa aku ora ngandhanekne dheweke dhisik. hehemmm… yen tembung wong zaman saiki sih kandhane SURPRISE, sakwise meh nganti menyang panggon tujuan aku ngandhanekne jeneng panggon wisata sing tak tuju kuwi, kanthi rai seneng dheweke pitakon marang aku“panggon apa iki? Becik banget pemandangane lan udarane sejuk banget”. Aku kanthi bangga aku njawabe “Iki panggon sing tak ngen-ngen sajroning iki yaiku gunung Bromo” Ana buku ugo ditulisake pengalaman pribadi liburan ke gunung bromo bahasa jawa yen Kahanan alam sing becik, dalanan sing menggok-menggok, mawa udarane sing sejuk banget nggawe aku milih liburan menyang kene iki. Kanthi numpak montor aku lan Dina banjur anyak munggah menyang gunung bromo kesebut. Waos Ugo Cerita Cekak Bahasa Jawa Katresnan Sakwise sak jam kapungkur akhire nganti uga neng puncak Bromo, aku lan Dina banjur mudhun menyang padang pasir sing amba neng sekitar gunung Bromo, kanthi sethithik kendala yaiku ban montor sing sethithik kepleset mawa keblekok ngliwati padang pasir kesebut nanging semangat ku akhire nganti uga neng panggon parkir sing panggone tepat ana ing ngisor gunung Bromo Kanthi rasa ora sabar aku ro Dina banjur markirke montor, banjur mlayu menyang undak-undakan sing dihubungna sikil gunung bromo kanthi puncak Bromo Sakwise sekitar kurang luwih 10 menit munggahi undak-undakan kuwi akhire tekan neng puncak gunung Bromo, mung tembung sing terlintas neng benak kami yaiku “Bromo Apik Bangetttt” Ya tembung kuwi sing tak pikirke sanganti neng puncak Bromo kesebut, saka puncak kuwi aku lan Dian ndeleng pemandangan sing becik lan alami. Mawa aku uga bisa ndeleng apa sing ana neng sikil Bromo saka kene conthone kaya wong sing nunggang jaran utawa suku Tengger, banjur aku uga ndeleng montor sing tak parkir neng ngisor. Mangkene cerita pengalaman pribadi liburan ke gunung bromo bahasa jawa yang dituliskan oleh Tuti di dalam buku diary nya. Semoga bermanfaat. Advertisement
detikTravel Community - Mentari pagi dan pemandangan khas gunung membuat Bromo tak pernah kehabisan wisatawan yang ingin menikmati keindahannya. 3 Hari liburan ke sana benar-benar menjadikan liburan yang tak terlupakan. Pengalaman pertama yang tidak bisa dilupakan begitu saja saat traveling ke Bromo. Berawal dari obrolan-obrolan iseng bersama Mbak Wening di Facebook, tentang acara mengisi waktu luang saat weekend untuk mengusir rasa penat di kantor. Saya iseng mengikuti saran buat backpackeran pada pertengahan Juni tahun dan Mbak Wening mencoba mengajak teman yaitu si Mas Wawa dan Melly. Kamipun sepakat, weekend dan backpackeran pada tanggal 22-24 Juni 2012 ke Gunung Bromo. Ini pengalaman pertama saya bersama teman-teman saya pergi ke Bromo dan pertama kali juga saya ke sana. Dalam hati saya berkata "Sumpah, nggak sabar untuk cepat-cepat sampai ke Bromo".Sebelum berlanjut ceritanya, kita lihat sejarahnya Gunung Bromo Gunung Bromo berasal dari bahasa Sanskerta yakni Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu. Gunung ini adalah gunung berapi yang masih aktif dan sebagai obyek wisata terkenal di Jatim. Bromo yang mempunyai ketinggian mdpl itu berada di empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah kurang lebih 800 meter utara-selatan dan sekitar 600 meter timur-barat. Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo, demikian dikutip dari merasa yakin dan teman-teman saya juga merasa setuju, kamipun memulai dengan mencari data-data, biaya, rute perjalanan, cerita-cerita para backpacker yang sudah lebih dahulu menaklukan Gunung Bromo dan transportasi yang akan memudahkan kita untuk backpack ke Bromo. Maklum sih baru pertama kali ke sana begitupun ketiga teman data yang sudah kami kumpulkan. Semoga membantu perjalanan kami menuju Gunung Bromo. Waktu begitu lama ketika saya melihat kalender yang baru tanggal 21 Juni 2012. Saya sudah tidak sabar untuk secepatnya menuju Bromo begitupun ketiga keadaan uang di dompet dan di ATM amat sangat minimalis saya tetap bertekad untuk berangkat bersama teman-teman saya. Alhamdulilah! Kamis itu uang makan keluar dan jumlahnya lumayan untuk menambah acara jalan-jalan ke-1Hari berganti menjadi Jumat, 22 Juni 2012 meski harus masuk kerja dengan aktivitas seperti biasa yaitu senam pagi, bola voli dan kemudian dilanjutkan dengan bulutangkis. Ingin rasanya cepat-cepat pulang kantor dan bersiap untuk melakukan perjalanan menuju pulang di mana waktu yang saya tunggu. Saya dan Mas Wawa sepakat berangkat pukul WIB, malam dari kosan dan janjian dengan teman-teman yang lainnya di Terminal Bus Giwangan, menunjukkan pukul WIB, sayapun sudah siap untuk berangkat menuju Bromo. Saya menunggu kabar dari Mas Wawa dan kabar dari yang lainnya. Kemudian saya mendapat kabar dari Mbak Wening bahwa dia berangkat menuju Terminal Giwangan, Yogyakarta. Saya bersama Mas Wawa memaju kencang motor supaya cepat sampe ke Terminal di Terminal Giwangan, motor kami parkirkan di tempat penitipan motor. Biaya penitipan motor 3 hari sebesar Rp Setelah memarkirkan motornya Mas Wawa kamipun kemudian mencari tempat yang sudah ditentukan sebagai tempat bertemu dengan kawan yang lainnya. Berhubung saya dan Mas Wawa tidak pernah sama sekali ke terminal menggunakan insting pencarian ke ruang tunggu lantai 2. Kami bertemu dengan Melly. Suasana ruang tunggu terminal amat sepi padahal jam baru menunjukkan pukul WIB. Suasana sepi menemani saya, Mas Wawa dan Melly. Kami menunggu Mbak Wening yang ternyata masih dalam perjalanan dengan seseorang yang WIB Mbak Wening, datang dan kamipun segera mencari bus malam cepat untuk menuju Surabaya. Kami memutuskan untuk naik bis malam patas 'Eka' dengan tarif Rp per orang. Meski mendapat tempat duduk agak di bagian belakang, kami berempat menikmati perjalanan menuju Surabaya yaitu Terminal Purabaya, tepat keberangkatan kami pukul WIB. Supir bis mengemudikan bisnya dengan perjalanan, kami berempat meski merasa capek setelah melakukan aktivitas perkantoran. Kami masih saja sempat bersenda gurau hingga tak disangka kamipun ke-2Tersadar dari tidur waktu sudah menunjukkan pukul WIB kami berhenti sejenak di daerah RM Duta Ngawi, Jawa Timur. Saya memilih makan soto ayam bersama Mbak Wening dan Mas Wawa, Melly, mereka memilih makan nasi rawon. Kami melanjutkan keberangkatan menuju Surabaya kembali tepat pukul WIB dengan kondisi perut sudah terisi makan saya melanjutkan tidur saya dan berharap cepat sampai ke Terminal Purabaya, Surabaya. Tepat pukul WIB dini hari, kami sampai di lekas mencari toilet dan mushala untuk segera melanjutkan perjalanan menuju Probolinggo. Kami menaiki bis Jawa Indah dengan tarif Rp per orang. Meski bisnya tidak ada AC tapi lumayan bagus, terlihat seperti bis menuju Terminal Bayu Angga, Probolinggo, Jawa Timur ditempuh dalam waktu kurang lebih 2,5 jam. Perjalanan kali ini berbeda dengan semalam karena dengan bis ini lumayan agak telat karena menunggu penumpang hingga penuh. Tapi tidak apalah yang penting cepat sampai ke dan kiri jalan dipenuhi dengan pemandangan. Kita juga bisa melihat saat di daerah Sidoarjo, Jawa timur yaitu benteng Lumpur Lapindo dengan banyak tulisan kekecewaan terhadap pemerintah atau sindiran-sindiran akan keberadaan dan tindak lanjut permasalahan dari Lapindo. Semoga masalahnya akan segera selesai dan tuntas kemudian tidak ada pihak yang dirugikan. perjalanan kamipun sampai ke Terminal Bis Bayu Angga, Probolinggo. Kondisi cuaca dan udara sejuk. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Gunung Bromo yang harus dilalui menggunakan Elf/ kami hanya berempat, kamipun dikenalkan dengan seorang wisatawan asing asal Italia yaitu Malvina yang juga akan menuju ke Bromo. Dia sudah menunggu kawan untuk naik Elf menuju Bromo dari pukul Mobil Elf menuju Bromo hingga ke penginapan yang akan kami tuju sekitar Rp per orang karena kekurangan jumlah penumpang yang diharuskan 8 orang, jadi mau tidak mau kami mengikuti harga setelah bernego bersama sopir Elf itu. Dalam hati saya berkata "Memangnya kuat ya? Semoga lancar-lancar saja".Sembari menunggu Bison milik Pak Maksum siap untuk berangkat, kamipun menunggu dengan sarapan yaitu bekal kami yang sudah kami bawa dari Yogyakarta. Kami sempat berfoto bersama Malvina dan kami senang berkenalan dengannya karena dia lumayan pukul WIB kami bersama Malvina berangkat menuju Bromo yaitu daerah Cemoro Lawang. Di sepanjang jalan menuju Cemoro Lawang, kami disuguhkan dengan pemandangan pegunungan di daerah Bromo. Perjalanan menuju Cemoro Lawang, Bromo kurang lebih 1 jam lebih dengan rute perjalanan yang sangat berkelok-kelok dan lumayan amat demikian, perasaan terobati dengan keindahan pemandangan sepanjang perjalanan menuju Cemoro Lawang. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata yang bisa melukiskan betapa indahnya ciptaan tak menyesal dan tak menyangka bisa hampir sampai ke Bromo. Suasana di dalam Elf/Bison itu sangat menyenangkan meski agak bergoyang-goyang dan agak membuat pusing tapi karena dinikmati jadinya hanya berlima di dalam ELF/Bison kami merasakan kesenangan. Kira-kira setengah jam kamipun tiba di daerah Cemoro Lawang dan menginap di penginapan yang kami sudah sepakati yaitu Homestay Tengger pukul WIB dan setelah bernego ria dengan pemilik homestay tersebut, kami memasuki kamar yang lumayan bagus dan suasananya enak untuk beristirahat. Tarif kamar Rp jadi harga kamar per orangnya Rp Udara pegunungan itu sangat sejuk dan indah meski temanku pada kedinginan tapi dinikmati kami beristirahat dan obrolan kami mengenai aktivitas apa yang akan dilakukan setelah itu. Kami bergegas mencari informasi untuk kegitan yang akan kita lakukan esok saat melihat matahari terbit dan ke puncak mencari info di perkumpulan Jeep Bromo dan menanyakan harga menyewa Jeep serta rute untuk melihat matahari terbit dan ke puncak Bromo. Kami menyewa Jeep yang harganya Rp per Jeep. Berhubung kami hanya ingin melihat matahari terbit dan ke penanjakan satu saja. Karena kalo ada penambahan ke Padang Savana dan Pasir Berbisik kami harus menambah biaya sekitar Rp kamipun jalan-jalan di sekitar tempat menginap kami. Kami merasa terpesona melihat pemandangan di sekitar kami. Syukurlah, ada sebuah tempat untuk nongkrong dan melihat indahnya Gunung Bromo dari Cafe Cemara merasa tidak menyangka bisa sedekat itu dengan Gunung Bromo. Saya tidak lupa mengambil foto dan benar-benar merasa bahagia bisa melihat Gunung Bromo dari sisi pukul WIB, saya dan teman-teman makan di warung makan yang ada di dekat penginapan. Berhubung lapar, saya memesan nasi goreng dan minum kopi hangat, harganya sekitar Rp Setelah merasa kenyang, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat menunggu sunset di tempat tadi siang kami nongkrong. Semoga saja tidak diusir sama pemilik cafe badan capek dan letih, kami masih sempat bercanda di penginapan. Tepat pukul WIB, kami siap-siap untuk melihat sunset. Meski badan merasa kedinginan saya paksakan untuk mandi dan ternyata airnya dingin sekali membuat badan ini segar tetapi menggigil merasa udara sore itu belum terasa dingin karena sudah terbiasa berada di kondisi udara dingin. Saya dan teman-teman saya berangkat menuju Cafe Cemara Indah yang berjarak 10 menitan berjalan kaki dari sesampainya di Cafe Cemara Indah, sudah banyak wisatawan baik asing maupun domsetik yang bersiap dengan kamera DSLR. Saya hanya siap dengan kamera di ponsel saya saja. Ya lumayan hasil jepretannya, tidak jauh beda juga sama kamera yang bagus sama kamera DSLR teman saja hasilnya. Lumayan bisa mengabadikan saat sunset meski dengan kamera ponsel seadanya. Setelah itu saya bersama teman-teman saya kembali ke penginapan yang sudah puas dengan pemandangan sunset pertama kali di berganti malam, dan kamipun merasa lapar dan mencari tempat makan yang terdekat dengan penginapan kami. Ternyata ada juga warung bubur kacang hijau seperti yang ada di Yogyakarta. Kami masuk ke sana dan memesan memesan indomie telor dan teh hangat dengan harga Rp Suasana di warung makan itu sangat bersahabat karena warga sedang asik bernyayi dan bersenda merasa kenyang kamipun bergegas menuju penginapan karena sudah mengantuk. Sesampainya ke penginapan, saya mengisi batrei ponsel saya karena persiapan besok pagi menuju Pananjakan 1 untuk melihat matahari WIB, baterai ponsel penuh dan saya bergegas untuk menyusul teman saya yang sudah tertidur pulas. Saya belum merasa dingin sekali, saya putuskan hanya memakai selimut saja karena melihat teman-teman saya yang sudah dirangkap 4 dan masih ke-3Memasuki pagi hari di Bromo itu rasanya benar-benar sejuk, berbeda dengan kota-kota besar yang udaranya sudah tercemar dengan polusi. Pukul WIB, kami dibangunkan oleh supir Jeep yang telah dijanjikan untuk menjemput kami menuju Penanjakan 1 melihat matahari perjalanan menuju Pananjakan 1 lumayan curam dan merasakan terjal untuk mencapai Pananjakan 1. Akhirnya kami sampai di Pananjakan 1 dan sudah terlihat banyak sekali orang-orang yang sudah berkumpul di keindahan Gunung Bromo ketika sunrise itu sangatlah menakjubkan. Tidak menyesal bisa melihat sunrise dari Bromo. Setelah merasa puas dengan pemandangan dan keindahan sunrise di Pananjakan 1, kami melanjutkan perjalanan menuju Kawah Gunung Bromo yang sangat saya pukul WIB, kami sampai di parkiran Jeep di dekat kawah Gunung Bromo. Kami memulai penanjakan ke atas kawah tersebut. Meski sudah pesimis namun dinikmati saja karena sudah sejauh ini saya sampai ke sini dan tak mungkin tidak sampai ke kawah Gunung sudah menggebu-gebu di benak saya ingin mencapai puncak kawah Bromo bersama teman saya. Ternyata satu dari teman saya tidak kuat melanjutkan saya, Mbak wening dan Mas Wawa yang ingin sekali menuju ke Puncak. Penuh perjuangan dan istirahat juga karena terjal sekali medannya yang bercampur angin dan debu dari pasir-pasir bekas letusan lelah dan mungkin saya tidak kuat namun saling menguatkan satu sama lain di antara kami bertiga pejuang yang masih bertahan untuk mencapai puncak. Alhasil, saya, Mbak Wening dan Mas Wawa sampai di puncak. Rute yang telah kami lewati, debu yang bertebaran di mana-mana dan kelelahan kemudian dehidrasi membuat kami tak menyangka bisa sampai di bertiga tidak menyangka bisa sampai di puncak kawah tersebut dan merasa mendapatkan kepuasan. Bisa melihat kawah itu dari dekat itu merupakan kepuasan untuk diri saya yang pertama kali menginjakkan kaki saya ke Gunung Bromo bersama teman-teman sekali bisa sampai di puncak sana tepat pukul WIB. Setelah puas menikmati keindahan pemandangan dari puncak itu, kami bertiga memutuskan untuk turun meski dalam hati kami bertiga malas untuk turun ke bawah dan masih dengan langkah yang berat meninggalkan puncak itu rasanya ingin terus berada di atas puncak. Tak lupa kami bertiga mengabadikan foto sesampainya di pertengahan jalan turun dengan meminta bantuan wisatawan juga yang sedang menikmati kawah mencapai, di bawah kami menemui teman kami yang tadi tidak mampu ke puncak. Kemudian kami memutuskan untuk kembali ke penginapan dan bersiap pulang ke Yogyakarta. Sesampainya di penginapan, kira-kira pukul WIB kami ditawari untuk menyewa mobil saja turun ke Terminal Bayu per orang Rp dengan mobil lumayan bagus dibandingkan ketika naik Bison yaitu menyewa Avanza bersama kedua wisatawan asing berasal dari Prancis. Perjalanan pulang menuju Terminal Bayu Angga sangat berat karena masih betah berada di sini, dari mulai penduduk asli Bromo yaitu Suku Tengger yang benar-benar ramah dan di Terminal Bayu Angga, Probolinggo kami memilih bis Ladju untuk menuju Terminal Purabaya, Surabaya. Tarif bis tersebut lebih murah yaitu Rp per orang sampai Surabaya. Sesampainya di Terminal Purabaya, kami beristirahat sejenak untuk makan dan persiapan rute perjalanan menuju makan soto ayam dan es teh manis seharga Rp Perjalanan menuju Yogyakarta kami menggunakan bis patas Mira seharga Rp per orang. Perjalanan dengan bis ini lumayan lebih lama dibandingkan dengan bis Eka dan tidak berhenti makan di Ngawi, Jawa Timur karena langsung menuju Yogyakarta dan tidak berhenti di RM Duta seperti bis pukul WIB kami sampai di Terminal Giwangan, Yogyakarta. Sebenarnya masih panjang lagi ceritanya, karena saya sudah bingung bagaimana menggambarkan keindahan dan perasaan saya di perjalanan menuju Gunung Bromo dan kembali ke kostan tercinta di Motor 3 hari dengan tarif Rp malam Patas Eka dengan tarif Rp per orangBis Jawa Indah dengan tarif Rp per orangSewa mobil ELF/Bison Rp per orangHomestay Tengger Permai Rp per kamar atau Rp per orangSewa Jeep Rp atau per orangNasi goreng dan minum kopi hangat sekitar Rp telor dan teh hangat dengan harga Rp mobil Avanza Rp per orangBis Ekonomi 'Ladju' per orangMakan soto ayam dan es teh manis Rp Patas Mira Rp per orangJadi total pengeluaran Rp belum termasuk camilan dan bekal dari Yogyakarta. Semoga bermanfaat dan happy holiday!
detikTravel Community - Akhir pekan ini, agendakanlah untuk liburan ke Pulau Sempu dan Gunung Bromo. Kedua destinasi ini memang menawarkan panorama alam yang spektakuler. Seperti ini, cerita serunya saat melancong ke soal liburan memang tidak akan ada habisnya, apalagi bicara soal destinasi-destinasi yang ada di Indonesia. November 2014 lalu, saya pergi ke Malang dengan tujuan utama Bromo pada awalnya bersama beberapa teman-teman dari salah satu Rumah Sakit di sebelum H-2 berangkat, akhirnya kami menambahkan destinasi ke salah satu pulau yang ada di Malang yaitu ke Pulau Sempu. Jumat 21 November kami berangkat menuju Malang dari Stasiun Pasar Senen pukul wib. Dalam perjalanan menuju Malang sama seperti pada umumnya. Ada yang asyik dengan gadget, ada yang tidur, curhat-curhat, dan lain harinya kami sampai di Stasiun Kotabaru Malang pukul pagi. Sesampainya kami di Stasiun Malang, tak lama driver dari trip yang kami pakai menjemput dan langsung menuju basecamp trip tersebut. Tiba kami di basecamp, dan langsung bersih-bersih alias mandi. Selesai mandi, petualangan kami pun pertama yaitu ke Pulau Sempu. tetapi di tengah perjalanan kami mampir ke salah satu tempat makan makan pagi + siang jadi satu. Dari kota Malang ke pantai Sendang Biru memakan waktu 3 jam perjalanan. Dalam perjalanan yang kami lakukan hanya tidur, tidur dan tidur. Lalu, sampailah kami di Pantai Sendang Biru. Tak mau berlama-lama, kami langsung sewa perahu, guide, dan sepatu untuk treking menuju Pulau Pantai Sendang Biru menuju Pulau Sempu kami naik perahu dengan memakan waktu sekitar 15 menit dan sampailah kami di Pulau Sempu. Perjalanan kami lanjutkan menuju Segara Anakan dengan berjalan kurang lebih 45 menit saja. Akses menuju Segara Anakan sangat licin dan berlumpur. Sangat disarankan untuk Anda agar menyewa sepatu di warung-warung yang ada di Pantai Sendang Menit bertarung dengan lumpur, akhirnya kami sampai juga di Segara Anakan, Pulau Sempu. Alhamdulillah, bertambah satu lagi ciptaan Tuhan yang berhasil saya datangi. Tanpa babibu lagi, langsung saja saya meluncur bermain air dan tak lupa jepret sana-sini. Setelah puas bermain air, lanjut naik ke atas tebing untuk melihat Segara Anakan dan melihat luasnya lautan yang membentang ke Samudera waktu kami tak lama di sini. pukul kami bergegas kembali ke penyebrangan. Dalam hati pun saya berkata, "Suatu saat saya harus ke sini lagi, harus camping di sini, harus lihat sunset & sunrise di sini."Setelah kembali bertarung dengan lumpur-lumpur, setengah jam berlalu, kami pun sampai di tempat penyebrangan menuju Pantai Sendang Biru. Sesampainya di Sendang Biru, kami langsung bergegas mengembalikan sepatu yang kami sewa dan langsung kembali menuju perjalanan, seperti biasa kami tidur. Pukul kami sampai di basecamp, langsung mandi mandi dan mandi. Setelah semua selesai, kami pergi makan di Batu. Agak ribet sih, makan saja harus ke Batu yang jaraknya lumayan jauh. Tapi inilah yang dinamakan liburan. Selesai makan, kami kembali ke basecamp untuk siap-siap pergi ke destinasi berikutnya yaitu pukul kami beserta rombongan yang lain berangkat ke Bromo dengan menggunakan Landrover. Dalam perjalanan, seperti biasa yang kami lakukan hanya tidur untuk memulihkan kami sampai. Tujuan utama yaitu ke Penanjakan untuk melihat matahari terbit. Awalnya, sedikit kecewa karena kabut sangat tebal. Ternyata kami diberikan kesempatan untuk melihat detik-detik matahari yang terbit menyinari sangat cerah, secerah-cerahnya. Puas dengan melihat matahari terbit, perjalanan dilanjutkan menuju Kawah Bromo. Dari tempat parkir Landrover, kurang lebih harus treking ke atas kawah sekitar setengah jam paling cepat. Jika kebanyakan yang ingin ke kawah melewati jalur tangga, maka saya dan 3 teman wanita saya memilih jalur pasir menuju puncak agak sulit karena yang kita lewati adalah tanjakan berpasir, tapi tak mengurangi rasa semangat untuk sampai ke sana. Hitung-hitung latihan treking ke puncak Mahameru. Akhirnya, sampailah di puncak kawah kuat bertahan lama di puncak karena asap belerang yang menyengat, akhirnya kami putuskan untuk kembali ke tempat dimana landrover di tempat parkir landrover, kami istirahat sejenak dan beberapa kali jeprat jepret sekitaran landrover di parkirkan. Istirahat hanya sekedar minum teh hangat, dilanjutkan menuju Pasir Berbisik. Tak memakan waktu lama, 5 menit kami sampai di Pasir di Pasir Berbisik, dilanjutkan ke tempat terakhir yaitu Padang Savanna atau biasa disebut Bukit Teletubbies. Sayang beberapa waktu sebelumnya terjadi kebakaran. Kebakaran disebabkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Tetapi Bukit Teletubbies sudah mulai menghijau kembali, jadi jangan ragu untuk datang ke sudah menunjukkan pukul artinya trip kami di Bromo selesai. Perjalanan dilanjutkan menuju Homestay untuk istirahat dan esok harinya dilanjutan pulang ke Jakarta. Trip pun Kasih Tuhan telah mengizinkan saya untuk melihat karya-Mu yang sangat luar biasa indahnya. Terima Kasih Pulau Sempu & Bromo untuk keindahan alam yang sangat luar biasa. Karena setiap perjalanan, pasti mempunyai cerita menarik. Selamat Traveling!
Halo teman-teman, lewat postingan ini saya mau berbagi pengalaman mengujungi Bromo lewat open trip yang saya book di Malang. Sebagai pelancong yang terbiasa ngurus trip mandiri, bisa dibilang saya jarang ikut open trip. Namun kali ini, karena berbagai alasan dan pertimbangan, saya mencoba kenalan dengan Bromo lewat tour. Ada sejuta alasan kenapa kamu harus berkunjung ke Bromo. Bromo begitu mudah untuk didaki, meskipun buat bukan anak gunung sekali pun. Dan momen terbaik disana? Tentu saja saat sunrise. Bromo memang sudah menjadi destinasi kelas dunia, rasanya kurang lengkap jika kita yang tinggal di Jawa ini belum menyambanginya. Makanya saya tidak kaget kalau para pelancong dari berbagai negara berbondong-bondong kesana dengan tujuan yang sama ingin menyaksikan sunrise dan menjelajah indahnya kawasan Tengger Semeru. Sebenarnya trip ke Bromo sudah menjadi bucketlist saya sejak dulu. Alhamdulillah, kecoret juga. Setelah kesana, saya harus bilang bahwa Bromo benar-benar suguhan wisata di Jawa yang terbaik yang tidak boleh dilewatkan. Entah anak-anak, muda hingga tua, situ anak gunung atau bukan, Bromo terjangkau buat siapapun. Pengalaman Join Open Trip Sebagai backpacker yang demen ngelayab, saya sendiri sebenarnya tipe orang yang cenderung kurang berminat kalau ikut open trip. Karena sudah terbiasa ngurus trip mandiri mungkin. Misalnya pas jalan-jalan ke suatu tempat, lagi enak-enaknya kemana eh disuruh ngumpul, dikasih durasi, kurang bebas saja gitu rasanya. hehe. Ini menjadi pengecualian. Karena waktu itu jalan berdua bersama adik, saya pikir repot juga ya harus menunggu, menawar jeep atau mencari pasukan, entah karena memang saya yang lagi mager nyari info, akhirnya kami memutuskan untuk join open trip saja, bergabung dengan peserta lain, dengan agenda yang sudah jelas. Mempertimbangkan keamanan juga karena kalau sewa motor pas dari Malang terus berkendara ke lokasi kayaknya bakal menyita cukup banyak energi dan waktu. Kami menghubungi salah satu penyedia travel Bromo pada H-3 keberangkatan dari Pekalongan. "Bromo Malangan" +62 831-0334-4353. Tarifnya 250 ribu untuk tour Midnight tour dengan penjemputan/meeting point dari kota Malang dan sekitarnya. Rata-rata memang segitu sih. Tanpa dokumentasi karena kami bawa kamera sendiri. Kalau sama dokumentasi nambah 50 ribu, jadi 300 ribu total. Perjalanan ke Bromo dari Malang Kami menginap di guesthouse Studio Living di sekitar Universitas Malang. Murah, bersih dan sangat terjangkau. Per malamnya 160 ribu. Setelah berbagi lokasi lewat narahubung, kami dijemput di guesthouse pukul 2345. Waktu itu satu mobil ada sekitar 6 orangan. Perjalanan dari Malang ke Tumpang sekitar 35 menit. Sesampainya di Tumpang kami break sejenak di salah satu pos kecil mepo, menunggu jeep. Hawa dingin sudah menyelimuti dan menembus jaket, dan beberapa saat kemudian, jeep kami pun datang. Jujur ngejeep menuju pegunungan adalah hal pertama kali saya dan asik banget. Bismillah, Bromo we’re coming… Menyambut Sunrise di Bromo Setalah merasakan sensasi jeep yang cukup mangaduk-aduk perut, pada hamparan pasir dan pegunungan, akhirnya kami tiba di spot penanjakan pukul 0300. Setibanya di penanjakan dan sunrise point, kami sempat menghangatkan diri dulu dengan ngopi-ngopi dan santap mie instan. Sunrise di bromo biasanya sih merekah mulai pukul 0530. Hanya berjalan kaki beberapa langkah, kami sampai di tanjakan dan sunrise point. Suhu 4 derajat menusuk tulang, Beberapa wisatawan bersiap-siap mendokumentasikan momen lewat gadget mereka. Tak jarang turis asing dari belahan dunia terpesona, dan mereka berani bayar berkali-kali lipat demi sunrise ini. Dan, akhirnya. Momen-momen yang ditunggu-tunggu itu pun tiba. Dalam kerumunun pengunjung itu, saya termasuk orang yang tak berhenti kagum. Gilak alam nusantara ini memang paling top. Subhanallah! Pesona Pasir Berbisik Spot-spot yang dilalui selama ikut Open trip ini memang yang umum dikunjungi wisatawan. Yang bikin saya heran, entah kenapa semua spot di kawasan Taman Nasional Tengger Semeru ini cakep cakep semua! Nah, Setelah menikmati sunrise point di Penanjakan dan Bukit kingkong, kami diantar driver menuju ke spot selanjutnya, pasir berbisik, dan bukit Widodaren. Cuaca Bromo di pagi sangat segar. Angin pegunungan yang bertiup masih terasa. di spot pasir berbisik Bromo, kerasa banget luasnya kawasan Tengger Semeru ini, hamparan pasir membentang dan langit. Suka dengan bentukan gunungnya, lekukannya seperti es krim Karena Kang drivernya cuman nganterin dan nggak begitu banyak ngejelasin, setelah browsing ternyata spot ini bernama Bukit Widodaren. Desir angin sudah mulai tidak begitu dingin karena matahari sudah muncul, dan saatnya lepas jaket. Dan spot satu ini kece juga. Nggak Sempat Naik ke Kawah Jeep terus melaju ke spot selanjutnya, Kawah Bromo dan Pura. Di area parkiran, tampak ramai pemandangan para koboi-koboi dengan kuda Tengger nya yang mereka. Siap untuk menjemput wisatawan yang mager jalan kaki. suasana di parkiran menuju kawah Bromo Saya ingin sekali naik ke kawah, tapi ingin jalan kaki. Sayangnya, berhubung waktu itu terlalu singkat, kami hanya menghabiskan waktu di sekitaran area pasir hingga ke Pura saja. Memang sih drivernya mempersilakan, duh mana cukup yak. Haha. Ini sih kurangnya ikut open trip, kita diberi waktu. Kalau kelebihan nggak enak kan karena sama yang lain. Saya pikir nanggung, dan karena sempat lapar belum sarapan saya mampir di warung di area parkiran jeep. Ohya, untuk naik kawah bisa menyewa kuda ya kawan. Biaya menunggang kuda ke kawah sekitaran 100ribu-150 ribuan PP dari parkiran jeep. Kalau ingin lebih murah, jalan kaki saja ke kaki kawah, terus menanjaknya tinggal dilanjut sewa kuda sekitar 50 ribuan PP. Kalau diberi kesempatan kedua kesini, saya tentu akan ke Kawahnya dan lebih berlama-lama. Highlight yang tidak boleh dilewatkan tentunya. Jalanan menuju bukit Teletubbies sensasi ngejeep Hijaunya Savana di Bromo/Bukit Teletubbies Spot terakhir. Dan masih dibuat speechless dengan panorama hijaunya alam kawasan Bromo. Apalagi saya duduk di sisi depan. Jadi keliatan luasnya masya Allah! Tampak kunemukan beberapa pengunjung yang bermotor. Dan jalanan menuju ke bukit teletubbies sudah lumayan datar. Pesona Savana/Teletubbies Setelah puas seharian well, sebenarnya masih kurang sih, dilanjut lagilah suatu saat nanti, pukul kami diantar kembali ke Tumpang. Dan sekitar jam 12 siangan kami nyampai di Malang, kembali di penginapan. Secara umum, dengan biaya per orang, Open trip kali ini memuaskan dan worth it bwanget. Murah juga. Saya dibuat kepincut dengan keindahan alam Tengger Semeru. Rasanya kurang lama memang, dalam waktu 12 jam saja. Tapi overral bisa jadi pilihan kalau ingin berlibur ke Bromo pertama kalinya. Kedepan sih, kalau dikasih kesempatan lagi, saya pengennya ngetrip mandiri dan backpackingan, sehingga bisa berlama-lama menatap panorama Bromo, dan bisa menjelajahi spot lainnya. Semoga menambah referensi teman-teman yang ingin ke Bromo yah, terutama untuk pembaca first timer. Yang sudah pernah kesana, semoga postingan ini bisa bikin rindu kalian akan keindahannya ya. Thanks for reading, simak terus catatan perjalanku selanjutnya!
detikTravel Community - Indonesia adalah pesona Asia yang memiliki panorama alam yang indah seperti Gunung Bromo. Liburan akhir pekan ke sana bisa bikin kamu sih yang tidak mengenal kepopuleran gunung berapi yang masih aktif ini? Gunung Bromo adalah salah satu tempat wisata yang paling terkenal di Jawa Timur dengan kunjungan yang paling ramai setiap tahunnya. Gunung Bromo juga jadi tempat favorit para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk menyaksikan sunrise terbaik di Pulau keindahan negeri di atas awan yang siap menarik mata hati, Gunung Bromo berada dalam empat lingkup kabupaten yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Kabupaten Malang. Keadaan alam gunung Bromo bertautan dengan lembah, ngarai, kaldera atau lautan pasir dengan luas 10 Bromo termasuk dalam satu kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dimana terdapat beberapa obyek wisata lain yang bisa dikunjungi, seperti Gunung Semeru, Gunung Tengger, Gunung Batok beberapa danau dan Gunung Bromo itu keindahan alam yang tersimpan di Gunung Bromo, Yadnya Kasada atau Upacara Kasodo lah yang membuat Gunung Bromo menjadi tujuan destinasi utama setiap tahunnya. Upacara Kasodo digelar setiap tahun pada bulan purnama di penanggalan Jawa dan di sinilah biasanya puncak ramai pengunjung menuju Bromo memiliki beberapa pilihan, pertama bisa menggunakan motor dan bisa langsung menggunakan mobil jeep. Akses favoritku dan teman-teman adalah menggunakan sepedah motor, sekitar 2,5-3 jam perjalanan dari Malang kota menuju penanjakan melewati jalur Nongkojajar, Pasuruan dan pulangnya melewati jalur Tumpang, terbaik ketika naik motor sebaiknya menggunakan motor trail, karena medan yang begitu curam dan licin. Biasanya kami berangkat pukul malam dan sampai pukul pagi, beristirahat sejenak di warung-warung dekat Penanjakan untuk sekedar mengisi perut ataupun menghangatkan tubuh. Sekitar pukul pagi Penanjakan sudah ramai oleh para pengunjung mengambil tempat untuk mendapatkan spot terbaik menyaksikan matahari dengan gunung lainnya, Gunung Bromo memiliki hembusan angin yang bercampur dengan pasir, sehingga akan sangat menganggu jika kamu memiliki alergi terhadap debu. Iritasi mata pun bisa muncul jika kamu tidak berhati-hati. Maka, dianjurkan untuk membawa kacamata pelindung serta masker selama berada di Disarankan teman-teman membawa lebih dari satu masker, kalaupun di kawasan Gunung Bromo ada jual itupun lumayan mahal ketinggian mdpl Gunung Bromo memliki suhu di bawah 10 derajat celcius. Jadi, buat teman-teman yang tidak biasa dingin, temperatur udara Bromo bisa jadi bumerang. Nah untuk mengantisipasinya bisa membekali diri dengan baju hangat atau jaket tebal, syal, sarung tangan, dan topi. Untuk teman-teman yang merasa saat di tempat Penanjakan masih merasa dingin, di sana terdapat penyewaan jaket.
cerita liburan ke gunung bromo